Blogger Widgets Bil_qolamy: MAKALAH - DAKWAH SUNAN KALIJAGA Shiny Flashy Green Matrix
Jumat, 25 Desember 2015 - 3 komentar

MAKALAH - DAKWAH SUNAN KALIJAGA

I.                   PENDAHULUAN
Penyebaran Islam pada masa Walisongo merupakan keberhasilan dakwah Islamiyah yang dianggap cemerlang. Walisongo dapat mengIslamkan Masyarakat Jawa dan memahamkan ajaran Islam tanpa merusak sistem budaya yang telah ada. Pendekatan yang dilakukan berbeda dengan penyebaran Agama Islam pada masa-masa dinasti Islam yang menggunakan peperangan dalam memperluas kekuasaan Islam.
Salah satu Walisongo yang berdakwah di wilayah Demak dan sekitarnya yang dulu juga terdapat sebuah kerajaan yaitu Demak Bintoro adalah Sunan Kalijaga, dengan chiri khas yang berbeda Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Ulama besar dan seorang Wali yang memiliki kharisma tersendiri diantara Wali-wali lainnya dan paling terkenal dikalangan atas maupun dikalangan bawah. Sehingga  Sunan Kalijaga berhasil membentuk masyarakat Islam di wilayah Demak dan sekitarnya
Keberhasilan Sunan Kailijaga dalam dakwah Islamiyah dalam hal mengIslamkan masyarakat dapat kita pakai sebagai acuan dalam mengembangkan ajaran Islam bagi generasi berikutnya.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Siapakah Sunan Kalijaga?
2.      Bagaimana  metode Dakwah Sunan Kalijaga?
3.      Apa saja kelemahan dan kelebihan dakwah Sunan Kalijaga dalam konteks kekinian?









III.             PEMBAHASAN
A.    Profil singkat Sunan Kalijaga
Kelahiran Sunan Kalijaga juga memiliki kisah menarik. Ia lahir pada tahun 1430 M. Raden Syahid hidup dalam empat era, yakni masa majapahit (sebelum 1478), kesultanan Demak (1481-1546), kesultanan Pajang (1546-1568) dan awal pemerintahan Mataram (1580-an). Sunan Kalijaga adalah gelar yang diberikan kepada Raden Mas Syahid. Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota dari Walisongo. Beliau adalah putra dari seorang adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau yang biasa disebut dengan Aria Teja (IV) adalah keturunan Ranggalawe yang sudah berAgama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Kekuasaan adipati saat itu sama dengan raja, tetapi di bawah kekuasaan Maharaja. Kadipaten Tuban, waktu itu berada di bawah kekuasaan kerajaan majapahit.[1] Ibunya bernama Dewi Nawangrum. Raden Sahid ini menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak dan berputra tiga orang yaitu: Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Rukoyah dan Dewi Sofiah.

Beliau lahir dari kalangan keluarga bangsawan asli di Istana Tumenggung Ario Tejo alias Adipati Wilwatikto di Tuban, Sunan Kalijaga juga mempunyai banyak nama diantaranya Lokajaya, syekh malaya, dan pangeran Tuban. Sedangkan gelar Kalijaga ini berasal dari kata jaga (menjaga) dan kali (sungai).[2] ia di didik dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, khususnya di bidang Angkatan laut, ia juga ahli dibidang pembutan kapal laut yang dibuat dari kayu jati, yang nama mudanya atau nama kecil adalah Raden Mas Syahid atau Jaka said. Raden Sahid sewaktu kecil sudah mempunyai rasa solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya, ia bahkan tak segan-segan masuk dan bergaul kedalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin pedesaan.
Keika Raden syahid lahir di bumi Tuban, keadaan Majapahit mulai surut. Beban upeti kadipaten terhadap pemerintah pusat semakin besar sehingga masa muda Raden syahid dipenuhi dengan keprihatinan. Lebih-lebih ketika Tuban dilanda musim panjang, gelora jiwa syahid tak tertahan. Napas panjang dihelanya, dan dia berkata “mengapa rakyat kadipaten Tuban yang sudah hidup sengasara dibuat lebih menderita, Ramanda?”
Muka sang ayah memerah. Namun sang ayah merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya seorang raja bawahan. banyak orang yang prihatin atas kondisi serba kesulitan yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya, banyak elite yang ketahuan berbuat salah bahkan terbukti secara hukum tetapi dengan enteng menyatakan pada khalayak ramai bahwa dirinya tak bersalah.
Raden syahid akhirmya memilih menjadi maling cluring. Yaitu istilah yang digunakan bagi pencurian yang hasil curiannya dibagikan kepada orang miskin. Mula-mula dia bongkar gudang kadipaten, ambil bahan makanan, dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang memerlukannya denga cara diam-diam. Penerima bahan makanan tk pernah tau siapa yang membagikannya. Namun, lewat intaian para penjaga keamanan kadipaten, akhirnya Raden Syahid tertangkap basah. Ia dibawa dan dihadapkan kepada adipati Tumenggung Wilatikta.
Dari peristiwa itu akhirnya Raden syahid diusir dari kadipaten karena keluarganya merasa tercoreng atas perilakunya. Akan tetapi pengusiran itu bukannya membuat Raden syahid kapok dan jera, malahan dia memrampok dan mebegal orang-orang kaya. di daerah hutan Jati Wangi, ia melihat seorang laki-laki Tua yang tak lain adalah sunan bonang, akan tetapi Raden syahid tidak mengenalinya. Singkat cerita dengan kesaktian Sunan bonang akhirnya membuat Raden syahid Tercerahkan hidupnya. Menyadari bahwa perbuatan yang telah dilakukannya tersebut meskipun tampak mulia akan tetapi tetap jalan yang salah. Hingga akhirnya Raden syahid berguru pada sunan Bonang.

B.     Dakwah Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang sangat terkenal karena kesaktian dan kecerdasannya. Ia juga seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat. Cara beliau berdakwah dianggap berbed dengan metode para wali yang lain. Ia dengan berani memadukan dakwah dengan seni budaya yang mengakar di masyarakat. Oleh krena itu, tidak mengherankan bila dalam mempraktikan pengajaran syariat Islam banyak dicmpuri dengan unsur-unsur adat lama dan cenderung berkompromi dengan kepercayaan pra Islam, misalnya melalui wayang, gamelan, tembang, dan lain-lain[3].
1.      Wayang
Sunan Kalijaga terkenal pandai mendalang. Sebagai dalang, Sunan Kalijaga dikenal dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang dan menyelanggarakan pagelaran-pagelaran wayang kulit dengan upah berupa Jimat Kalimasada  atau ucapn kalimat syahadat. Beliau mau memainkan lakon-lakon wayang yang biasanya untuk meramaikan suatu pesta peringatan-peringatan asal yang memanggil itu mau bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam.
Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkn ajaran-ajaran Islam. Lakon yang dimainkan tak lagfi bersumber dari kisah ramayana dan mahabarata yang bernuansa Hindu, melaiinkan kisah-kisah ciptaan Sunan Kalijaga, diantaranya adalh lakon Jimat Kalimasada, Dewa Ruci, dan Petruk Dadi Ratu. Jimat kalimasada tak lain adalah perlambang dari kalimat syahadat. Lakon jimat kalimasada inilah yang paling sering dipentaskan. Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang Wayang Purwa. Ia terkenal sebagai dalang wayang kulit yang sangat menarik. Bila Sunan Kalijaga pentas di suatu Desa, penonton berjubel-jubel memadati halaman. Pentas wayang Sunan Kalijaga adalah dalam rangka mendakwahkan Islam. Ia tidak pernah menarik bayaran materi. Sebagai bayarannya ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk bersyahadat mengucapkan sumpah pengakuaan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Ahli sejarah mencatat, wayang yang digemari masyarakat sebelu kehadiran Sunan Kalijaga adalah wayang beber.  Wayng beber berupa kain bergambar kisah pewayangan. Pada mulanya penggambaran tokoh wayang itu mirip manusia, da dinilai bertentnangan dengan syara’ oleh sebagian ulama’. Ppara wali, terutama Sunan Kalijaga kemudian menyiasatinya dengan mengubah menjadi lukisan yang menghadap ke samping. Jadi, dengan menguvah bentuk dan lukisan wayang tersebut, maka tidak ada lagi alasan untuk mebuduh bahwa wujud wayang melnggar hukum Islam karena berbed dengan bentuk manusia yang sesungguhnya. Selain itu, atas saran para wali, Sunan Kalijaga juga membuat tokoh  semar, petruk, gareng, dan bagong sebagai tokoh punakwan yang lucu.
2.      Kidung
Sunan Kalijaga juga melakukan dakwah melalui kidung. Kidung Rumeksa ing Wengi merupakan sarana dakwah dalam bentuk tembang yang populer, karena dipercaya membawa tuah seperti mantera sakti. Fungsi Kidung rumeksa ing wengi ini bagi rakyat Jawa dalah:
a.       Penolak bala dimalam hari
b.      Pembebas semua denda
c.       Penyembuh penyakit termasuk gila
d.      Pembebas bencana
e.       Mempercepat jodoh
f.       Do’a menang perang
g.      Penolak hama tanaman
h.      Memperlancar mencapai cita-cita luhur.
Terdapat nafas dakwah yang tersurat dalam kidung, yaitu:
a.       Disebutnya nama Allah, malaikat, Rasul dan nabi-nabi, serta keluiarga dan para sahabat Nabi Muhammad seperti baginda Ali, USMAN, Abu Bakar, dan lain-lain.
b.      Disebutnya istilah-istilah seperti puasa, subuh, sabar, subur, syukur, insyaAllah, dan lain-lain.
Jadi, secara maknawi kidung ini merupakan dakwah Islam yang sangat kental yang membuktikan bahwa Sunan Kalijaga adaalah guru spiritual rakyat Jawa. Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai pencipta tembang Lir-ilir yang masih populer hingga saat ini. adapun syairnya adalah sebagai berikut
Lir-ilir
Lir-ilir tandure wis sumilir
Tak iji royo-royo tak sengguh temanten anyar
Bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu ya penekno kanggo masuh dodotira
Dodotira kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Terjemahan:
Lir-ilir
Lir-ilir tanaman sudah bersemi
Tampak hijau ibarat penganten baru
Wahai penggembala panjatlah blimbing itu
Meski licin panjatlah untuk mencuci kain
Kain yang sedang robek pinggirnya
Jahitlah dan tamballah untuk
Menghadap nanti sore
Mumpung bulan terang dang lebar tempatnya
3.      Karawitan
Cara berdakwah melalui karawitan oleh Sunan Kalijaga diketahui dari gamelan yang diduga sebagai peninggalan Sunan Kalijaga. Gamelan-gamelan ini diberi nama Knjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Madu. Kini, gamelan-gamelan, yang dikenal sebagai gamelan Sekaten, itu disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Kesunanan Surakarta, seiring dengan bepindahnya Islam ke Mataram.
4.      Menganti puja-puji dengan do’a
Sunan Kalijaga juga mengganti puja-puji dalam sesaji yang biasa dilakukan umat hindu pada waktu itu dengan do’a dan bacaan dari kitab suci Al-Qur’an. Diawal syiarnya, Sunan Kalijaga selalu berkeliling ke pelosok desa. Menurut catatan Husein Jayadiningrat, Sunan Kalijaga berdakwah hingga ke Palembang dan Sumatra Selatan. Setelahg beberaa lama di Palembang, Sunan Kalijaga diperintahkan balik ke Jawa oleh Syekh Maulana Maghribi. Babad cirebon menceritakan, Sunan Kalijaga tiba dikawasan Cirebon setelah berdakwah dari palembang.
Adapun tata cara ayang menjadi kepercayaan Agama lama yang harus dirubah menurut Sunan Kalijaga ada 3 hal:
1)      Bab Samadi, sebagai puji mengheningkan cipta itu mengandung maksud untuk mencari Sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewat dan yang akan datang, itu harus diusahakan agar berubah menjadi Sholat wajib.

2)      Bab Sesaji dan Kekutug atau membakar kemenyan, itu dengan maksud menyajikan kebaktian kepada lelembut, yakni mahkluk-mahkluk halus yang Ghaib seperti Jin dan Syetan agar membantu maksud serta keinginannya, dan terutama jangan hendaknya menggoda dan menggagu raktyat setempat. Hal ini sedikit demi sedikit harus diubah sehinga menjadi tata cara pemberian sedekah kepada Fakir miskin, tetangga dekatnya, sanak keluarga, famili, dan sebagainya.
3)      Bab Keramaian upacara tradisi keAgamaan, pemeluk Agama yang lama jika mengadakan peralatan perkawinan, yang kaya membuat keramaian meniru dewa yang dianutnya, misalnya:
a.       Upacara atau hiasan tumbuh-tumbuhan serta kembar mayang yang diatur sebagai Hiasan dalam upacara perkawinan. Itu yang ditiru pertamanan pohon Kelepu Dewa Daru.
b.      Suara Gamelan yang dipukul oleh para niaga itu meniru Gamelan Lokananta      dikhayangan.
c.       Wanita menari sambil Sesindenan atau menyanyi menurutkan Irama Gamelan, itu yang ditiru tarian Waranggana mengelu-elukan datangnya para dewa.
d.      Pria yang menanggapi tarian Waranggana, yang diikuti oleh yang lain-lain yang kemudian dinamai Tayuban, itu yang ditiru adalah gerak kedatangan para Dewa.
Tata cara yang ada hubungannya dengan kepercayaan Agama tadi (Semadi, sesaji, keramaian), apabila justru di gunakan alat penerangan dengan cara yang bijaksana, artinya kekeliruan itu di luruskan dengan perlahan-lahan, maka rakyat lekas sekali bisa mengikuti ajaran Islam yang benar, misalnya upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Surakarta dan Yogyakarta dengan keramaian sekaten, grebeg maulud, grebeg besar dan grebeg syawal.

5.      Ajaran Narima ing Pandum
Sunan Kalijaga adalah seorang sufi yang ajarannya diikuti oleh oara penguasa waktu itu. Sunan Kalijaga megajarkan sikap Narima ing pandum yang urainnya menjadi lima ikap, yakni rela, narima, temen, sabar, dan budi luhur. Kelima sifat itu sebenarnya bersumber dari ajaran Islam yakni: rela dari ridho atau ikhlas, narima dari Qona’ah, temen dari sifat amanah, sabar dari kata Shabar, dn budi luhur dalah akhlak alkarimah
6.      Ilmu kesempurnaan Hidup
Sunan Kalijaga juga megajrkan jalan menuntut ilmu menuju kesempurnaan hidup. Ajaran yang terdapat dalam serat wali sanga pada intinya mengajarkan manusia agar dapat mencapai kedmaian dan ketentraman. Adapun caranya adalah dengan mengendalikan nafsu manusia seperti nafsu amarah, nafsu birahi, nafsu lawwanah (mementingkan diri sendiri), dn nafsu mutma-innah( cenderung dekat kepada Tuhan). Menurut Sunan Kalijaga, ketika seseorang sudah bisa menyingkirkan tiga nafsu amarah, birahi, dan lawwanah, maka ia akan sampai kepada mtma-innah.
7.      Masjid
Dalam mengajarkan Agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan saran masjid sebagai tempat penyampaian dakwah. Salah satu bukti arkeologisnya adalah masjid Demak. Menurut cerita, beliau berperan aktif dalam pendirian masjid pertama di tanah Jawa itu. Sunan Kalijaga dikisahkan membuat tiang tatal. Kisah tatal untuk sokoguru dalam pendirian masjid Demak sendiri banya bercampus dengan diongeng. Sunan Kalijaga dikisahkan mempeetemukan puncak masjid Demak dengan Ka’bah setelah masjud Demak berdiri



C.     Kelemahan dan Kelebihan Dakwah Sunan Kalijaga
Kelebihan: menggunakan kesenian dan budaya dakwah Walisongo yang  jika diresapi akan ada makna-makna atau pesan yang berisi nilai-nilai Agama Islam di dalamnya. dan hal tersebut mudah diterima oleh masyarakat. Sosok Walisongo dapat menjadi teladan bagi umatnya karena ia adalah seorang Ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang Politikus yang mengasuh para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Budayawan yang santun dan Seniman Wayang yang hebat.
Kelemahan : dengan metode yang digunakan, dakwah Sunan Kalijaga cenderung terlihat sinkretis bercampur dengan kepercayaan Jawa, selain itu dakwah seperti itu kurang dimnati di masa globalisasi sekarang ini


IV.             KESIMPULAN
Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo.Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1430 M. Ayahnya adalah seorang adipati Tuban bernama Tumenggung wilatikta. Semasa mudanya Raden syahid sudah merasa prihatin terhadap musibah yang menimpa masyarakat ditambah dengan beban upeti dari kadipaten yangsemakin tinggi sehingga memberatkan para rakyat miskin, sehingga ia memilih untuk menjadi maling cluring yaitu mencuri harta orang-orang pemerintahan dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin. Akan tetapi hal tersebut tetaplaah salah hingga akhirnya ia bertemu dengan sunan Bonang dan berguru kepadanya. Dan mendapatkan jati dirinya yang kemudian memdakwahkan Islam di masyarakat Jawa
Adapun metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah melalui wayang, kidung, karawitan, do’a, ajaran narima ing pandum, ilmu mencari kesempiurnaan hidup dan melalui masjid.
Adapun kelebihan dakwah Sunan Kalijaga adalah nilai-nilai Islam disampaikan dengan  penyampaian yang lembut sehingga ajaran Islam dapat diresapi dengan baik oleh masyarakat, akan tetapi di era modern ini masyarakat lebih tertarik ke budaya modern daripada harus mempelajari budaya yang dianggap kuno.





[1] Achmad Chodjim. Sunan Kalijaga (Mistis dan Ma’rifat). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Hlm 8
[2] Ranu Muda. Walisongo kisah-kisah yang nyaris tak terungkap. Solo: penerbit KATTA. Hlm 84
[3] Balai pelestarian peninggalan purbakala Jawa Tengah. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. (jakarta:media kompas Nusantara) 2006. Hlm 147-155

3 komentar:

Unknown 10 November 2016 pukul 05.49

terima kasih kak.. ijin copas ya

Unknown 14 Januari 2017 pukul 04.24

TERIMA KASIH

Arthur Teknik 9 Juli 2019 pukul 03.20

Terimakasih untuk informasinya ya, bermanfaat banget.
Oh ya, sekedar nambahin informasi aja nih. Bagi yang membutuhkan Sewa Misty Fan untuk keperluan berbagai acara seperti konser, pernikahan, meetup, atau lainnya bisa coba hubungi kami Arthur Teknik. Dengan senang hati, kami akan siap membantu Anda.

Terimakasih lagi min,
Salam blogger.

Posting Komentar